Jumat, 30 Oktober 2009

Cantiknya Waria, Pelayanan Rumah Makan dengan Sepatu Roda

Masih ingat heboh foto bugil Putri Indonesia 2004 Artika Sari Devi di internet, 4 bulan lalu? Belakangan diketahui, foto itu ternyata foto waria yang mirip Artika. Foto diambil saat penyelenggaraan Miss Tiffany's Universe 2005, ajang pemilihan ratu waria sejagad di Thailand, Mei lalu. Kebetulan Artika masuk finalis Miss Universe 2005 di Bangkok yang waktunya hampir bersamaan.

ITULAH Thailand. Waria di negeri gajah tersebut sangat cantik-cantik. Sulit membedakan antara perempuan Thailand dengan waria, khususnya di Pattaya. Jika tak teliti, mereka akan terlihat sama persis dengan perempuan cantik kebanyakan. Kulit putih mulus, bodinya langsing, dada menonjol dan suaranya juga halus.

"Mereka operasi buah dada itu sampai habis uang 50 ribu bath sampai 100 ribu bath (Rp12,5 juta sampai Rp25 juta Red)," kata Apon, guide bagi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kutai Kartanegara selama di Thailand.

Waria Thailand tak hanya bermodal cantik. Mereka juga kreatif unjuk kebolehan. Pemerintah pun memberikan dukungan atas kreativitas waria tersebut dengan dijadikan salah satu objek wisata. Setiap malam di Pattaya khususnya, dan Thailand umumnya terdapat pertunjukkan kabaret. Para waria unjuk kebolehan seperti menyanyi, menari, catwalk dan drama mini kata serta berbagai gaya mirip sang bintang dunia.

Semalam di Pattaya, rombongan Kadin Kukar sempat menyaksikan kabaret di Alcazar. Jaraknya tak jauh dari Hard Rock Hotel Pattaya, tempat rombongan Kukar menginap. Untuk masuk Alcazar tentu tak gratis. Setiap orang membayar 500 bath atau Rp125 ribu (1 bath sama dengan Rp250, Red). Menyaksikan pertunjukan itu, bisa duduk di barisan kursi lantai dasar, bisa juga di kursi lantai 2. Kapasitas gedung sekitar 1500 orang. Semalam tiga kali pertunjukkan yaitu pukul 06.30 waktu Thailand (sama dengan WIB), pukul 20.00 dan pukul 21.30.

Saat rombongan Kukar menyaksikan kabaret itu, gedung tampak penuh. Tak tersisa tempat duduk. Bahkan terlihat banyak yang berdiri di barisan belakang. Jika 1500 kursi terisi penuh seperti itu, maka sekali pertunjukkan akan bisa menghasilkan pendapatan 750 ribu bath atau Rp187 juta lebih, sekali pertunjukkan. Jika diasumsikan tiga kali pertunjukkan penuh pengunjung, maka akan terkumpul dana Rp2.250.000 bath atau Rp562.500.000. Ternyata dari waria, bisa terkumpul sampai ratusan juta rupiah.

"Selain diperoleh pengelola, negara juga mendapatkan hasil seperti pajak dan lain-lain. Bahkan kalau di Bangkok, untuk menyaksikan kabaret harus membayar 800 bath. Kalau di Pattaya lebih murah, tapi lebih ramai. Thailand ini dari waria saja memperoleh penghasilan besar," ungkap Wakil Duta Besar Indonesia untuk Thailand, Sunten Z Manurung, pada kesempatan terpisah. Waria juga memperoleh penghasilan dari foto bersama. Setiap orang yang hendak foto bersama waria, maka harus membayar 50 bath atau Rp12.500 sekali foto. Jika mereka yang hendak berfoto memakai uang dollar, para waria meminta uang 1 dollar AS untuk sekali foto.

Kota Pattaya sendiri memang sangat mendukung untuk wisatawan. Sama seperti Bangkok, Pattaya juga seperti kota yang tak pernah tidur. Tempat hiburan malam sangat marak dengan daya tarik masing-masing. Ada kawasan seperti Tepian Mahakam yang ramainya hingga pagi hari. Rumah-rumah makan berlomba-lomba memikat pengunjung dengan daya tarik masing-masing. Tak berlebihan jika banyak yang mengatakan, untuk urusan mengemas suasana yang menarik bagi wisatawan, Thailand jagonya.

Sebut saja rumah makan Royal Dragon. Lokasinya dibangun di atas danau buatan. Meja makan ditata sedemikian rupa di kawasan terbuka. Menariknya, para pekerja rumah makan itu mengantarkan makanan memakai sepatu roda. Mereka membawa nasi atau sayur serta ikan dengan meluncur cepat. Bahkan, tak jarang mereka meloncat dengan lincahnya dengan sepatu roda ketika jalanan mendaki.

"Rumah makan itu buka dari siang sampai malam. Kalau malam hari sangat ramai," kata seorang pelayan dalam bahasa Thailand yang diterjemahkan Apon, guide Kadin Kukar selama di Thailand.

Tak hanya menarik dengan sepatu roda. Ada pula bangunan tinggi khusus tempat membakar ikan yang letaknya agak terpisah. Jika pengunjung sudah memesan, dan ikan sudah siap, maka sang pengantar akan meluncur dari bangunan itu dengan tali layaknya atlet panjat tebing. Mereka sangat terlatih membawa ikan bakar dan berhenti persis di dekat meja pemesan.

"Ini kreatifnya orang Thailand. Semua objek mempunyai daya tarik masing-masing," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kutai Kartanegara (Kukar) Drs Samuel Robert Djukuw.

"Untuk mengembangkan wisata, selain peran pemerintah, peran dunia usaha juga penting. Juga masyarakatnya harus siap menjadi tuan rumah yang baik bagi wisatawan," tambah H Setia Budi, ketua Kadin Kukar yang juga ketua rombongan. (sarkowi v zahry/bersambung)

Original Link http://www.kaltimpost.web.id/berita/index.asp?Berita=ProKaltim&id=132468

Tidak ada komentar:

Posting Komentar